Menggali Lebih Dalam Pengenalan Inner Child dan Dinamikanya
Bisabaca.com - Baru-baru ini, topik inner child menjadi sorotan di media sosial dengan banyaknya pembicaraan tentangnya. Banyak yang berpendapat bahwa sikap dan pola pikir tertentu menunjukkan kondisi inner child yang terluka atau terabaikan. Namun, apa sebenarnya inner child dan mengapa hal itu begitu signifikan dalam kehidupan kita?
Menyelami Esensi Inner Child
Dalam ilmu psikologi, inner child adalah representasi dari sifat dan perilaku kekanakan yang mungkin masih ada dalam diri setiap individu. Inner child merupakan bagian dari diri kita yang tampaknya tidak berkembang seiring waktu berlalu. Namun, setiap individu memiliki inner child dengan karakteristik yang berbeda-beda. Pengalaman masa kecil memiliki peran penting dalam pembentukan inner child.
Baca Juga " Pengaruh Pola Asuh Dalam Pembentukan Karakter Anak "
Dari sini, istilah inner child yang terluka muncul, merujuk pada konflik, trauma, atau ketidakpuasan dari masa lalu yang belum terselesaikan atau dipulihkan. Inner child yang mengalami luka dapat memiliki dampak yang signifikan pada perilaku, pola pikir, pengambilan keputusan, dan pengelolaan emosi kita saat dewasa. Selain inner child, ada juga konsep inner teenager dan inner adult. Inner teenager merujuk pada pengalaman masa remaja, sementara inner adult adalah bagian dari diri saat ini. Inner adult memberikan kemampuan untuk berpikir dan membuat keputusan secara lebih objektif. Namun, inner adult kita dapat dipengaruhi oleh inner child atau inner teenager.
Selain itu, ada juga inner parent, yang merupakan bagian dari diri yang meniru figur orang tua dalam kehidupan kita. Inner parent tidak hanya muncul ketika kita memiliki anak, tetapi juga dalam hubungan pertemanan atau percintaan yang kita jalani.
APA ITU INNER CHILD?
Menurut ilmu psikologi, inner child merupakan sebuah konsep yang menggambarkan sifat maupun perilaku kekanakan yang kemungkinan ada dalam diri setiap manusia. Inner child adalah bagian dari diri kita yang seolah nggak ikut bertambah dewasa seiring berjalannya waktu. Namun, setiap orang bisa memiliki inner child yang berbeda-beda. Pengalaman masa kecil sangat berpengaruh pada proses pembentukan inner child.
Maka dari itu, muncullah istilah inner child yang terluka yang merujuk pada konflik, trauma, atau dendam dari masa lalu yang nggak terselesaikan atau dipulihkan. Inner child yang terluka dapat sangat memengaruhi diri kita ketika sudah dewasa. Mulai dari perilaku, pola pikir, cara mengambil keputusan, manajemen emosi, dan sebagainya. Selain inner child, manusia juga memiliki inner teenager serta inner adult. Inner teenager merujuk pada bagian dari dirimu yang menyimpan pengalaman dari masa remaja. Sementara itu, inner adult adalah bagian dari dirimu yang ada saat ini. Sebagai orang dewasa, inner adult tentu memberikanmu kemampuan untuk berpikir serta membuat keputusan secara lebih objektif. Namun, konsep inner adult yang kamu miliki bisa sangat dipengaruhi oleh inner child atau inner teenager-mu.
Selain itu, ada pula inner parent, yaitu bagian diri yang meniru figur orang tua dalam kehidupanmu. Inner parent nggak hanya muncul ketika kamu sudah memiliki anak. Ia juga bisa muncul dalam hubungan pertemanan atau percintaan yang kamu jalin.
MENGAPA INNER CHILD DAPAT TERLUKA?
Seperti yang telah dibahas, inner child dapat mengalami luka akibat pengalaman traumatis atau menyakitkan dari masa lalu. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan luka pada inner child meliputi:
1. Pola Asuh yang Tidak Sehat
Pola asuh yang otoritatif, helicopter parenting, atau bahkan pengabaian dapat menyebabkan luka pada inner child. Interaksi yang tidak sehat antara orang tua dan anak dapat memberikan dampak jangka panjang pada perkembangan psikologis individu.
2. Kekerasan Fisik, Emosional, atau Seksual
Pengalaman kekerasan dalam bentuk apapun, baik fisik, emosional, atau seksual, dapat meninggalkan luka batin yang dalam pada inner child.
3. Kekerasan Berbasis Agama
Penekanan atau pemaksaan terhadap keyakinan agama, serta hukuman terkait ritual keagamaan, juga dapat menyebabkan luka pada inner child.
4. Diskriminasi Berbasis SARA
Pengalaman diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan suku, agama, ras, atau asal-usul etnis juga dapat menyebabkan luka inner child.
5. Bullying
Pengalaman menjadi korban bullying atau pelecehan dari teman sebaya atau orang dewasa lainnya bisa meninggalkan luka batin yang dalam dan berdampak pada perkembangan individu.
6. Kehilangan Keluarga atau Teman Dekat
Kematian anggota keluarga atau teman masa kecil yang dekat dapat menyebabkan rasa kehilangan yang mendalam pada inner child.
7. Perpecahan Keluarga
Perceraian, perselingkuhan, atau pertengkaran dalam keluarga dapat menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan menyebabkan luka pada inner child.
8. Anggota Keluarga dengan Masalah Kesehatan Mental atau Penyalahgunaan Zat
Kehadiran anggota keluarga dengan gangguan kejiwaan atau masalah penyalahgunaan zat juga dapat berkontribusi pada luka inner child.
9. Kejadian Traumatis Lainnya
Bencana alam, peperangan, kecelakaan, atau menyaksikan tindakan kekerasan atau pembunuhan juga dapat menjadi pemicu bagi luka pada inner child.
Semua pengalaman-pengalaman ini dapat meninggalkan bekas yang dalam pada inner child dan memengaruhi perkembangan serta kesejahteraan psikologis individu saat dewasa.
Tanda-tanda Terlukanya Inner Child
Inner child yang terluka, jika dibiarkan tanpa penanganan, dapat memiliki dampak serius pada perkembangan kita, terutama saat kita dewasa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, luka pada inner child dapat memengaruhi kondisi inner adult kita. Berikut adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa inner child kita mungkin terluka:
- Rasa Percaya Diri yang Rendah
- Kebiasaan Menyalahkan Diri Sendiri atau Orang Lain
- Perilaku Agresif, Perundungan, atau Diskriminatif
- Sikap Agresif saat Marah
- Kesulitan Mengenali dan Mengakui Perasaan Sendiri atau Orang Lain
- Tidak Mampu Menyelesaikan Konflik
- Kurangnya Kepercayaan pada Orang Lain (Trust Issues)
- Kesulitan Menghadapi Penolakan, Perpisahan, atau Perbedaan Pendapat
- Jiwa Kompetitif yang Tidak Sehat
- Dorongan untuk Selalu Mendominasi, Menjadi Superior, atau Selalu Ingin Mendapat Perhatian.