Kenali Lebih Dalam Apa Itu Strict Parents? Ciri Dan Solusi, Mari Simak Di Sini!
Bisabaca.com - Seringkali tanpa disadari, beberapa orang tua memilih untuk menjadi "Strict Parents" dalam mendidik anak-anak mereka, dengan harapan menciptakan individu yang patuh, mandiri, dan berhasil. Namun, terlalu banyak aturan dan tekanan bisa merenggut kebahagiaan dan spontanitas si kecil. Bagaimana kita bisa membantu mereka tumbuh tanpa membebani? Yuk, kita cari tahu solusinya bersama-sama. Lantas, bagaimana cara agar tidak jadi strict parents? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa itu Strict Parents ?
Sebelum kita mempelajari bagaimana cara untuk menghindari menjadi "Strict Parents", langkah awal yang perlu kita ambil adalah memahami konsepnya. "Strict Parents" adalah orang tua yang menerapkan disiplin yang kuat, memberlakukan banyak aturan dan batasan, dan cenderung bersikap kaku terhadap anak-anak mereka. Namun, di balik ketegasan tersebut seringkali terdapat rasa cinta, kepedulian, dan harapan besar untuk masa depan si kecil.
Namun, seringkali kita menyaksikan paradoks di mana beberapa orang tua berperan sebagai "Strict Parents" karena ketakutan dan kekhawatiran atas diri mereka akan dianggap tidak kompeten jika anak-anak mereka melakukan kesalahan. Mereka mungkin merasa bahwa dengan memberlakukan aturan yang ketat, mereka dapat mempertahankan citra sebagai orang tua yang berwibawa dan berkompeten. Ironisnya, dalam upaya untuk melindungi ego dan kepercayaan diri pribadi, mereka melupakan kebutuhan emosional dan perkembangan yang sehat dari si kecil, mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraannya demi kepentingan diri sendiri.
Baca Juga " Tips Menyembuhkan Luka Inner Child "
Tanda-tanda Strict Parents
Pola asuh yang diterapkan oleh Strict Parents seringkali merupakan perpaduan antara pola asuh authoritative yang menuntut ekspektasi tinggi terhadap anak dan pola asuh authoritarian yang lebih menekankan ketaatan, disiplin, dan kontrol yang ketat. Dari kombinasi kedua pendekatan ini, tercipta ciri-ciri pola asuh strict parents.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari Strict Parents:
1. Beberapa dari mereka seringkali menetapkan aturan yang ketat, tegas, serta menciptakan batasan yang jelas dan konsisten yang harus diikuti oleh Si Buah Hatinya.
2. Memberikan hukuman keras atas kesalahan yang dilakukan anak, baik secara verbal maupun non-verbal.
3. Memiliki harapan yang tinggi dan berharap Si Buah Hati Anda akan memenuhinya setiap waktu.
4. Tidak memberikan kesempatan pada Si Buah Hati untuk menyampaikan pendapatnya (komunikasi yang terbuka).
5. Sulit menoleransi kesalahan yang diperbuat oleh anak.
6. Jarang melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan Si Buah Hati di rumah, karena merasa bahwa wibawanya harus tetap terjaga.
7. Susah menerima perbedaan nilai dan pendapat dari orang lain, terutama dari Si Buah Hatinya.
8. Jarang bahkan tidak pernah memperbolehkan Si Buah Hatinya untuk mengambil keputusan, bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun.
Akibat terlalu mengekang anak Alih-alih membantu anak menjadi seseorang yang disiplin, pola asuh yang diterapkan oleh strict parents justru bisa membuat Si Buah Hati merasa terkekang dan mengganggu kesehatan mentalnya.
Beberapa dampak dari anak yang terlalu dikekang meliputi:
1. Menyebabkan kesulitan dalam membangun disiplin dan tanggung jawab.
2. Mendorong perilaku impulsif dan tidak terkendali pada anak.
3. Meningkatkan risiko stres dan depresi pada anak.
4. Menghambat kemampuan anak dalam mengatur emosi, terutama saat menghadapi kemarahan.
5. Meningkatkan kecenderungan anak untuk memberontak dan berbohong.
6. Merusak kualitas hubungan antara orang tua dan anak.
7. Membuat anak lebih tertarik untuk menghabiskan waktu di luar rumah.
8. Mengakibatkan kesulitan fokus saat belajar di sekolah atau mengerjakan tugas rumah.
9. Menjadikan anak cenderung marah, yang dapat mengarah pada ledakan emosi di sekolah dan masalah dengan teman sekelas.
Bagaimana Menghindari Jadi Strict Parents?
Untuk menjaga keseimbangan antara disiplin dan keleluasaan bagi Si Buah Hati, ada beberapa langkah menarik yang bisa diambil:
1. Tetap Realistis
Pahami tahapan perkembangan Si Buah Hati dengan mendalam, dan jangan ragu untuk mencari pandangan dari ahli seperti dokter atau psikolog untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas.
2. Tetapkan Batasan yang Jelas
Ciptakan aturan keluarga yang tidak hanya jelas, tetapi juga disepakati bersama oleh semua anggota keluarga, sehingga semua pihak memahami harapan dan tanggung jawabnya.
3. Konsistensi yang Kreatif
Jaga agar semua anggota keluarga tetap konsisten dalam menerapkan aturan, namun jangan ragu untuk menghadirkan kreativitas dalam memberikan konsekuensi, sehingga pembelajaran tetap berlangsung secara positif.
4. Kenali Konsekuensi yang Memotivasi
Buatlah konsekuensi yang dapat memotivasi daripada hanya menghukum, seperti memberikan kesempatan untuk belajar dari kesalahan atau merayakan prestasi mereka ketika mematuhi aturan dengan baik.
5. Beri Afirmasi yang Berarti
Saling memberikan pujian dan apresiasi pada saat yang tepat akan memberikan dampak positif yang kuat pada perkembangan Si Buah Hati, sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berbuat baik.
6. Manfaatkan Waktu untuk Kreativitas
Sisihkan waktu untuk mengekspresikan diri dan menikmati momen-momen bersama Si Buah Hati dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, sehingga hubungan antara orang tua dan anak tetap kokoh dan bermakna.
Besar harapan kami semoga dengan menerapkan saran-saran ini, kita bisa membentuk lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Buah Hati tanpa perlu mengenakan topeng "Strict Parents".