Bahan Presentasi Demonstrasi Kontekstual Topik 2 Pembelajaran Sosial Emosional
TANTANGAN BAGI GURU MENJADI TELADAN DALAM HAL SOSIAL- EMOSIONAL
- Mengelola emosi diri sendiri
- Membangun interaksi yang positif antar peserta didik
- Mengembangkan keterampilan sosial
- Memberikan pengajaran yang konsisten terhadap perbedaan individu peserta didik
- Mengatasi tekanan eksternal
- Melibatkan orang tua dan pemangku kepentingan
KASUS YANG ADA KAITAN DENGAN HAL DI ATAS BERDASARKAN PADA PENGALAMAN
Contoh kasus pengalaman saya adalah ketika mengajar, saya berusaha untuk dapat membangun interaksi yang positif dengan peserta didik agar tercipta pembelajaran yang nyaman. Salah satu hal yang saya lakukan adalah saya lebih bersifat terbuka dan rileks ketika memberikan pengajaran agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan tidak tegang. Hal tersebut membuat siswa lebih aktif dalam berpartisipasi contohnya bertanya, menjawab pertanyaan. Mereka merasa lebih berani mengungkapkan pendapatnya.
BAGAIMANA SEKOLAH BISA MENDUKUNG PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL?
Apa saja tantangan bagi sekolah?
Hal-hal yang dapat dilakukan sekolah untuk mendukung pembelajaran sosial-emosional:
- Sekolah dapat mendukung pembelajaran sosial emosional dengan menyediakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi peserta didik terlebih dahulu.
- Sekolah memfasilitasi program pelatihan atau webinar mengenai pembelajaran sosial-emosional kepada guru.
- Memberikan fasilitas konseling bagi peserta didik maupun warga sekolah, sehingga dapat mengutarakan perasaan mereka secara pribadi.
- Membiasakan kegiatan yang mendukung terlaksananya pembelajaran sosial- emosional, seperti sholat dzuhur berjamaah, menyanyikan lagu kebangsaan sebelum jam pelajaran dimulai, kerja bakti, sehingga melatih kemampuan peserta didik agar mampu memahami, mengolah dan mengekspresikan aspek sosial emosionalnya.
- Tantangan bagi sekolah terhadap pembelajaran sosial-emosional:
- Keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran sosial-emosional.
- Perlunya konsistensi atau membudayakan dalam menerapkan kegiatan pembelajaran sosial emosional di lingkungan sekolah.
- Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran sosial emosional.
Apakah karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi penerapan pembelajaran sosial-emosional? Jelaskan? Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
Tentu saja, mempengaruhi, karena dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional guru perlu mengetahui karakteristik peserta didik. Karakteristik seperti usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan masalah pribadi masing-masing dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut digunakan dalam menyusun pembelajaran serta untuk mengakomodasi kebutuhan dari setiap peserta didik. Kendala untuk menghadapi hal tersebut yaitu dengan melakukan asesmen diagnostik baik kognitif maupun non-kognitif. Dengan mengetahui kemampuan awal dan karakteristik setiap peserta didik, latar belakang sosial serta budaya (contohnya: tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi), membangun kedekatan emosional terhadap peserta didik, membiasakan memberikan peserta didik tugas yang dikerjakan secara berkelompok, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan pendapatnya.
APA YANG BISA ANDA PELAJARI DARI FILM TERSEBUT BERHUBUNGAN DENGAN GURU YANG MENJADI AGEN PERUBAHAN?
- Film 1 Laskar Pelangi;
- Film 2 Dead Poets Society; dan
- Film 3 Sokola Rimba.
FILM 1 LASKAR PELANGI
Berdasarkan Film 1 Laskar Pelangi, yang bisa kami pelajari terkait dengan guru (bu Muslimah) sebagai agen perubahan adalah bahwa bu Muslimah berhasil membuat Harun (anak dengan keterbatasan mental, dalam hal ini Harun mengalami Downsyndrome) mau belajar dan bermain dengan anak-anak normal. Film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata, terinspirasi dari kisah nyata perjuangan anak-anak Belitung yang ingin sekolah, memiliki tekad yang kuat untuk belajar, serta pengabdian guru di tengah keterbatasan. Hal yang bisa dipelajari dari film tersebut antara lain, Bu Muslimah sebagai guru teladan di sekolah perlu memiliki visi dan misi yang diimplementasikan pada peserta didiknya. Laskar Pelangi mengamanatkan bahwa pendidikan adalah tindakan memberikan hati pada anak-anak sebagai guru di wilayah 3T yang perlu mengelola sosial emosional melihat keterbatasan sekolah tersebut. Keterbatasan sekolah bukanlah halangan untuk lebih maju bahkan mampu menyaingi sekolah-sekolah di daerah perkotaan. Harapannya tidak ada dilema perbedaan antara pendidikan di daerah kota dan daerah 3T. Serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Bu Muslimah mampu memotivasi dan mendorong siswa di sekolah tersebut untuk terus bercita-cita, meskipun dalam situasi yang serba kekurangan. Guru yang baik adalah guru yang tetap mampu mendorong peserta didiknya untuk terus berusaha dalam meraih cita-cita dan mimpinya dalam keadaan apapun. Semangat yang diberikan guru mampu memberikan energi positif bagi peserta didiknya. Bu Muslimah memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap peserta didiknya, sehingga hampir seluruh peserta didiknya dapat akrab dengan beliau. Sebagai guru agen perubahan, penting untuk memiliki kepedulian yang tinggi terhadap peserta didik. Oleh karena itu, guru akan lebih mudah memahami karakteristik peserta didiknya dan peserta didik akan merasa diperhatikan oleh guru.
FILM 2 DEAD POETS SOCIETY
Berdasarkan Film 2 Dead Poets Society yang merupakan sebuah film Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 1989. Film ini menceritakan tentang seorang pengajar, yaitu Mr. Keating yang merupakan alumni di sekolah tempat ia mengajar. Sang pengajar tersebut berusaha dalam menginspirasi peserta didiknya untuk selalu membuat perubahan dalam hidup mereka dengan cara memahami esensi dari Sekolah tempat sang guru mengajar merupakan sekolah khusus laki-laki dengan peraturan yang sangat ketat. Sejak kehadiran Mr. Keating, pembelajaran menjadi menyenangkan dikarenakan ia menerapkan pembelajaran yang tidak biasa seperti menyuruh peserta didiknya untuk merobek buku pelajaran dan naik ke atas meja. Film ini juga menginspirasi kita agar berani bertindak untuk mendapatkan keinginan kita. Hal yang bisa dipelajari tersebut antara lain. Sebagai guru agen perubahan, maka kita harus berani mengambil langkah berani dalam melaksanakan pembelajaran. Jika dirasa model pembelajaran tersebut peserta didik dalam meningkatkan pemahamannya, maka kita tidak perlu takut untuk berani mengambil keputusan. Hal ini ditunjukkan oleh Mr. Keating yang memilih model pembelajaran yang 'tidak biasa' dalam mengajarkan peserta didiknya. Guru yang baik adalah yang bisa memahami karakteristik peserta didiknya melalui pendekatan secara individu. Dengan demikian maka guru akan bisa memahami kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh Mr. Keating yang melakukan pendekatan secara individu pada murid-muridnya di kelas, sehingga muridnya merasakan mendapatkan perhatian dari Mr. Keating. Guru tidak hanya mengajar secara kaku dan kurang fleksibel tetapi juga harus bisa berperan dalam mencari metode dan cara mendidik siswanya menjadi lebih humanis dan bersahabat. Dalam pembelajaran, guru perlu menanamkan pentingnya sebuah kebebasan, pentingnya melibatkan opini mandiri, perasaan, keberanian, serta mengamati berbagai hal dari berbagai sudut pandang.
FILM 3 SOKOLA RIMBA
Berdasarkan Film 3 Sokola Rimba yang menceritakan seorang wanita bernama Butet Manurung yang telah tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi telah menemukan hidup yang diinginkannya, yaitu mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak suku dalam yang dikenal sebagai orang Rimba. Butet memutuskan untuk mengabdikan sebagian hidupnya menjadi guru di daerah pedalaman. Berbagai rintangan dihadapi Butet, mulai dari kecaman dari penduduk di sekitar pedalaman karena dianggap sebagai penyakit baru, hingga harus bertemu dengan penebang liar yang menembak kelompok belajar Butet. Namun dengan semangat dan kepedulian yang tinggi, Butet berhasil membawa perubahan bagi anakanak di daerah pedalaman. Hal yang bisa dipelajari dari film tersebut antara lain. Guru bukanlah hanya sekedar profesi belaka. Guru sesungguhnya adalah mereka yang memiliki kepedulian dan keikhlasan dalam mengajarkan ilmu,di mana pun dan bagaimanapun keadaannya. Hal ini ditunjukkan oleh Butet yang memiliki semangat tinggi dalam mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak di daerah pedalaman.Motivasi tidak hanya berasal dari guru, namun peserta didik juga dapat memberikan semangat dan inspirasi kepada guru mereka, seperti antara Butet dan Bungo. Bungo, yang merupakan seorang anak yang tingga di daerah yang tidak terjangkau oleh kelompok pengajaran Butet, diam-diam memperhatikan pembelajaran yang dilakukan oleh Butet. Mengetahui hal tersebut, Butet menyadari bahwa ia perlu memperluas daerah pengajarannya.
Apa yang bisa anda pelajari dari kejadian/film tersebut?dan apa hubungannya dengan pembelajaran sosial emosional? (Dead Poets Society Dan Sekolah Rimba)
DEAD POETS SOCIETY
Mr. Keating menyadari bahwa peraturan yang dibuat oleh pihak sekolah membuat jenuh peserta didiknya. Dengan memahami apa yang dirasakan muridnya, maka ia tidak ragu mengajak peserta didiknya untuk selalu mengekspresikan dirinya (kesadaran sosial -kemampuan berempati). Mr. Keating mampu mendapatkan kepercayaan dari peserta didiknya walaupun dia merupakan guru baru. Hal ini dikarenakan Mr.Keating memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan baik sehingga membuatnya bisa dengan mudah dekat dengan peserta didiknya (keterampilan hubungan sosial atau relationship skills).
SOKOLA RIMBA
Saat mendapatkan kecaman dari masyarakat adat sekitar perihal pengajaran yang diberikan, Butet tetap mampu mengendalikan emosinya (self-management) dengan baik. Bahkan, cenderung tetap berusaha untuk memberikan pengajaran bagi anak-anak suku dalam. Butet mampu menyesuaikan diri dan membangun hubungan sosial yang baik dengan masyarakat adat di pedalaman (keterampilan hubungan sosial atau relationship skills). Dengan penyesuaian yang baik, maka Butet mendapatkan kepercayaan dari anak-anak untuk memberikan pengajaran.